Anak Krakatau dan kemungkinan Erupsi
Anak Krakatau yang kemarin meletus telah memakan begitu banyak korban yang diakibatkan oleh Tsunami yang dihasilkan karena proses erupsi yang berjalan sangat cepat dan bervolume besar. Gunung yang berada di selat sunda ini memang snagat aktif dan terus menyemburkan jutaan material dari dalam bumi. Hal yang terus dikhawatirkan oleh warga sekitar adalah aktivitas dari gunung ini yang semakin ke tahap yang membahayakan.
Citra satelit tersebut memberikan perbandingan gambaran kondisi Gunung Anak Krakatau pada 20 Agustus 2018 dan 24 Desember 2018. Berdasarkan pantauan citra satelit tersebut memang terlihat adanya perubahan kontur lereng di barat daya Gunung Anak Krakatau. "Memang betul sebagian lereng di barat daya runtuh," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta, Rabu (26/12).
Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), runtuhan lereng Gunung Anak Krakatau mencapai 64 hektare. Runtuhan tersebut diduga tak hanya terjadi di bagian atas gunung, namun juga mencapai di bawah laut.
Dari hal ini bisa disimpulkan bahwa anak gunung krakatau pada saat ini memang berstatus sangat berbahaya dan membutuhkan banyak hal yang tak terfikirkan sebelumnya. Kita semua harus bersiap terhadap beragam kemungkinan kedepannya.
Anak Krakatau |
Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), runtuhan lereng Gunung Anak Krakatau mencapai 64 hektare. Runtuhan tersebut diduga tak hanya terjadi di bagian atas gunung, namun juga mencapai di bawah laut.
Dari hal ini bisa disimpulkan bahwa anak gunung krakatau pada saat ini memang berstatus sangat berbahaya dan membutuhkan banyak hal yang tak terfikirkan sebelumnya. Kita semua harus bersiap terhadap beragam kemungkinan kedepannya.
Komentar
Posting Komentar